Category Archives: Curahan Qalbu

Urip Kuwi Mung Mampir Ngibadah


Kapan giliran kita tiba?

Hidup (di dunia) itu hanya mampir untuk beribadah, begitulah versi Bahasa Indonesia judul tulisan ini. Mengapa hanya mampir? Karena jika dikonversi, sehari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. Katakanlah kita diberi kesempatan hidup di dunia ini selama 60 tahun, artinya kita berada di dunia ini tidak ada sepersepuluhnya sehari di akhirat. Sedangkan kehidupan di akhirat itu tanpa batas, tidak ada akhirnya. Yuk kita kejar akhirat agar kita tidak menyesal. Kita kejar akhirat in syaa Allah bonus kemuliaan dunia pun didapat. Kalau kita hanya kejar dunia, dunia belum tentu didapat apalagi akhirat. Ibarat ketika menanam padi, akan selalu ada rumput yang tumbuh di sekitarnya. Ketika menanam rumput, tak mungkin ada tanaman padi yang tumbuh di sekitar rumput yang kita tanam. Padi adalah akhirat dan rumput adalah dunia.

Kalau kita telisik lebih lanjut, Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam Al Qur’an surat Adz Dzariyat ayat 56 yang artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Artinya, misi utama kita menjalani kehidupan di dunia ini semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala. Jangan sampai misi utama kita sebagai manusia gagal karena kita terlena pada kenikmatan dunia yang sesaat. Jangan sampai kita terlalu sibuk mengerjakan hal yang mubah, sampai-sampai melupakan yang wajib dan sunnah. Sudah saatnya kita untuk terus beribadah kepada Allah, baik ibadah mahdah (ibadah yang tuntunannya sudah diatur secara rinci oleh Allah dan Rasulullah) maupun ibadah ghairu mahdah (segala kegiatan yang kita niatkan untuk beribadah kepada Allah).

Bagaimana agar di waktu yang sangat sempit ini kita berhasil mencapai misi kita? Salah satu caranya adalah saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran agar kita tidak merugi. Yuk, kita ingatkan diri kita masing-masing dengan banyak mengaji, membaca, dan mendengarkan! Agar kita selalu ingat untuk kembali ke jalan yang lurus ketika godaan meniti jalan yang bengkok bertubi-tubi menghampiri kita. Mari bersahabat dengan orang-orang yang shalih agar ada yang selalu mengingatkan kita ketika kita melenceng. Mari banyak mengingat Allah dengan melafalkan dzikir. Semakin kita banyak berdzikir, semakin ingat kita kepada Allah, semakin ingat pula Allah pada kita.. Astagfirullah hal ‘adziim, subhanallaah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallaah wallaahuakbar..

Wallaahua’lam bishawab.

(Ngemplak Caban, Tridadi, Sleman, 31 Oktober 2021 pukul 08.57 WIB)

Selamat Jalan Simbah..


zen_bayi5

simbah

Simbah, selamat jalan nggih.. in syaa Allah simbah husnul khatimah.. Saya berdoa kepada Allah, semoga simbah mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah subhanahu wata’ala.. Simbah diberikan kubur yang lapang dan terang benderang dan besok kita bisa berjumpa lagi di syurga Allah SWT bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang yang shalih.. Aamiin..

Program Profesi Guru Dalam Jabatan Tahap 1 Tahun 2018


https://www.uny.ac.id/sites/www.uny.ac.id/themes/uny_responsive/logo.pngAlhamdulillah saya diberi kesempatan oleh Allah menimba ilmu pada Program Profesi Guru Dalam Jabatan (PPG DALJAB) Tahap 1 Tahun 2018. Senang sekali bisa mengikuti program ini karena banyak hal baru yang saya dapatkan, juga teman-teman baru yang semangat menimba ilmu demi menjadi sosok guru profesional.

Setelah melalui pembelajaran dalam jarigan (daring) atau online selama 3 bulan yang cukup melelahkan, tak terasa lokakarya atau workshop sudah dilalui selama 4 pekan. Pekan ini adalah pekan terakhir lokakarya yang akan kami lalui dengan target peer teaching kelas bawah dan kelas tinggi serta merampungkan proposal Penelitian Tindakan Kelas alias PTK.

Awal Oktober, setelah pembekalan PPL, saya akan kembali ke sekolah untuk menjalani PPL di kelas rendah dan kelas rendah pada pekan pertama dan kedua, serta merampungkan PTK di pekan ketiga.

Sebenarnya banyak hal yang ingin saya tuliskan di sini tentang PPG, tapi berhubung persiapan peer teaching tidak bisa disepelekan, jadi mohon maaf belum bisa panjang lebar menulisnya di sini.. Semoga ada kesempatan untuk melanjutkan postingan ini di kesempatan mendatang.. Mohon doanya ya sahabat, semoga kami semua peserta PPG DALJAB Tahap 1 Tahun 2018 bisa lulus semua tanpa terkecuali, Aamiin..

Tanpa Pamrih


kubantu teman

Hari ini saya belajar dari murid saya yang satu ini. Ia tanpa pamrih membantu temannya menalikan sepatu. Ia begitu sigap begitu melihat temannya kesulitan menalikan sepatu. “Nak, semoga kelak engkau jadi orang dermawan yang hanya selalu mengharapkan ridha Allah SWT, aamiin..” 🙂

Orang Dewasa Tidak Adil!


Hari ini saya menegur beberapa murid saya yang melanggar aturan sekolah, yaitu harus memakai sandal atau sepatu ketika bermain atau berada di area play ground. Tak seperti biasanya. Ketika saya minta mereka untuk membaca istighfar karena pelanggaran tersebut, ada salah satu murid saya yang berkaca-kaca, lalu menangis menyendiri. Tiba-tiba ia mendatangi saya dengan muka marah, matanya  memerah, mengeluarkan air mata, tangannya mengepal di samping badan, lalu berkata dengan nada tinggi, “Orang dewasa tidak adil! Mengapa orang dewasa selalu menghukum anak-anak yang melanggar aturan, sementara kalau orang dewasa yang melanggar aturan, mereka tidak diberi hukuman yang sama?!” Saya pun terdiam, kaget mendengar kata-kata tajam meluncur dari murid saya yang satu ini. Ia selama ini saya kenal sebagai anak yang cute, ceria, dan lucu, ternyata bisa semarah ini dan mengeluarkan kalimat yang sangat menohok. Lalu murid saya itu saya ajak ngobrol dan berakhir dengan kesepakatan bahwa orang dewasa yang ada di sekolah juga harus saya minta istighfar ketika melanggar aturan tidak memakai alas kaki di area play ground.

Setelah saya renungkan, ada benarnya juga kata-kata murid saya itu.. kadangkala kita sebagai orang dewasa menuntut anak disiplin, sementara diri kita sering membuat permakluman atas kesalahan yang kita perbuat. Padahal, perbuatan kita menjadi contoh bagi anak-anak dan murid-murid kita. Astaghfirullaah.. Terima kasih muridku, kau telah memberikan secercah cahaya untuk evaluasi diri gurumu yang banyak berbuat salah ini. Semoga kelak engkau menjadi pelita bagi kegelapan di manapun engkau berada, aamiin..

 

Sudah Bukan Manusia


Akhir-akhir ini kita dipertontonkan oleh penguasa-penguasa dzalim di berbagai belahan bumi, begitu banyak perilaku manusia yang lebih rendah daripada perilaku binatang. Palestina, Rohingnya, Suriah, Mesir bersimbah darah. Para penguasa yang sudah bukan manusia itu menghalalkan berbagai cara untuk terus melanggengkan kekuasaannya. Sepertinya kemanusiaan telah lenyap dari otak dan hati mereka, atau jangan-jangan para penguasa yang super duper dzalim itu sudah tidak punya otak dan hati nurani, yang mereka miliki hanya ambisi, ambisi, dan ambisi. Barangkali iblis dan anak keturunannya sudah berhenti membisiki mereka karena perilaku mereka ternyata lebih parah daripada perilaku iblis dan anak turunnya.

Wanita, anak-anak, orang tua yang tak berdosa menjadi tumbal ketamakan para penguasa dzalim itu. Seolah para penguasa dzalim tak percaya akan adanya siksa neraka. Atau jangan-jangan mereka tidak tahu kalau neraka itu memang ada? Parahnya, para aktivis HAM dan aktivis demokrasi yang selama ini berkoar-koar meneriakkan penegakan HAM dan demokrasi bermuka dua. Mereka seolah lenyap ditelan bumi, lalu sesekali muncul dengan pernyataan-pernyataan yang seolah-olah manis tapi sebenarnya hanya mengamini berbagai kedzaliman yang terjadi.

Negara yang hobby mengaku-aku sebagai polisi dunia tak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki keadaan, yang ada justru memperkeruh keadaan dan membenarkan perbuatan para penguasa dzalim itu. Negara-negara yang hobby mengaku-aku dirinya sebagai negara maju pun berlomba-lomba membuat pernyataan menyesatkan. Sungguh ironi menjelang kiamat.

Berbagai media pro kedzaliman seenaknya sendiri memutarbalikkan fakta demi memuaskan ambisi para majikannya. Mereka tutup rapat mata dan hati nurani mereka dari kebenaran yang hakiki. Media pro kedzaliman berjuang untuk uang. Meraup sebesar-sebar fulus dari para majikannya, dari para sponsornya. Semoga pula Allah berkenan membuka pintu hidayah untuk mereka, kembali pada kebenaran.. Namun bila ternyata pintu hidayah itu tertutup bagi mereka, semoga Allah melaknat para wartawan gadungan dan penjahat media yang selalu menyebarkan berita dusta kepada penduduk bumi itu..

Selain ribuan, ratusan ribu, jutaan korban jiwa, jatuh pula korban pemikiran. Tak sedikit orang yang percaya berita yang disiarkan oleh media pro kedzaliman itu sehingga mereka turut membenarkan perbuatan para penjahat perang dan penguasa dzalim itu. dampak awalnya mereka menjadi acuh tak acuh dengan jatuhnya jutaan korban jiwa yang diakibatkan oleh para penguasa dzalim itu. Lambat laun para korban pemikiran itu hatinya membatu, matanya buta dari kebenaran, akhirnya kemanusiaan tak ada harganya lagi. Semoga Allah menyembuhkan para korban pemikiran sehingga mereka bisa melihat serta berpikir dengan jernih tentang apa yang terjadi sesungguhnya, aamiin..

Saya yakin, di balik kejadian yang memilukan dan menguras air mata akhir-akhir ini terdapat banyak hikmah yang dapat kita teguk:

  1. Setiap kedzaliman sekecil apapun pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Allah tidak akan mendzalimi hamba-Nya, jadi siapapun yang telah berbuat dzalim harus siap menerima akibatnya. Mau tidak mau, suka tidak suka, diminta tidak diminta, balasan itu pasti datang. Allah Maha Adil..
  2. Mungkin ini adalah bagian dari cara Allah SWT mematikan orang-orang mukmin sebelum kiamat tiba sehingga saat kiamat tiba tersisalah hanya orang-orang kafir dan munafiq.
  3. Allah menguji sejernih apa perasaan kita? Sejauh mana kepeduliaan kita pada kemanusiaan? Ketika kedzaliman terjadi, bagaimana sikap kita? Tak mau tahu? Acuh tak acuh? Berempati dan peduli? Turut prihatin dan berusaha berbuat sesuatu untuk membantu? Turut mendo’akan dengan setulus hati? Atau justru mendukung perbuatan dzalim para penguasa dzalim itu? Na’udzubillaahi min dzaalik..
  4. Suatu saat nanti, kebenaran akan nampak jelas. Allah SWT akan menampakkan siapa yang benar, siapa yang salah. Jadi kita tak usah khawatir soal yang satu ini karena Allah adalah seadil-adilnya hakim, dan sebaik-baik pembalas tipu daya. Akan tiba saatnya kelak, kebenaran atau kesalahan sangat nampak nyata.
  5. Allah SWT membuka lebar pintu taubat bagi setiap hamba-Nya sebelum ajal menjemput. Namun bila sampai akhir hayat kesempatan taubat tak digunakan, biarlah Allah memberikan keputusan-Nya.

Pertanyaannya, jika seseorang berbuat keji melampaui batas perikemanusiaan namun ia justru menganggapnya sebagai kebenaran, apakah ia masih layak disebut manusia? Menurut saya, ia sudah bukan manusia, ia lebih rendah dari binatang. Bagaimana menurut Anda?

aku malu


aku malu pada kata ‘maaf’
aku malu pada kata ‘belum’
aku malu pada kata ‘lupa’

terlalu banyak kusebut mereka
untuk menutupi kesalahan
yang aku perbuat

Baca lebih lanjut

Bercermin pada Anak-anak


ImageMenjadi educator (pendidik) di sekolah dasar bak bercermin pada sebuah cermin besar yang jernih. Perilaku, tutur kata, sikap, dan tingkah laku kita diawasi secara detail oleh para murid. Mereka begitu cermat dan detail dalam mengamati dan begitu berani dalam mengingatkan. Tak ada ewuh pekewuh, kalau salah dibilang salah, kalau benar dibilang benar. Sungguh anugerah besar nan indah bisa berinteraksi dengan anak-anak. Kesabaran kita diuji oleh ALlah melalui mereka. Sejauh mana kita mampu bersabar dalam menghadapi tingkah polah mereka yang tak terduga. Apakah kita tetap sabar atau menyerah pada keadaan? Ya, kinilah saatnya untuk muhasabah diri setiap hari.. BismiLlaah 🙂 Semoga ALlah meridhai..

Akankah Ini Jadi Ramadhan Terakhirku?


Sobat, pernahkah engkau berpikir, bahwa engkau tak akan bertemu esok hari? Lalu berhitung tentang kebaikan apa yang sudah kita lakukan selama hidup di dunia ini? Dan berapa banyak dosa yang telah kita perbuat detik demi detik? Apakah sebagai anak, kita sudah membahagiakan orang tua? Ataukah justru sebaliknya? Berapa banyak kenikmatan yang Allah berikan namun belum kita syukuri? Berapa banyak keinginan yang tidak kita butuhkan? Berapa banyak kita mengeluh? Ah, ternyata belum banyak yang kita (lebih tepatnya, saya) perbuat.. Baca lebih lanjut